Jalan Berliku Menuju
Jalan Berliku Menuju Kebenaran Yang Dirindu
June 24th, 2005 10:12 pm (Kisahku)
Oleh : Ibnu
Abdi Robbihi
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurah kepada
Rasulullah.
Amma ba’du.
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekusaaan Allah bagi
orang-orang yang yakin, bahkan dalam dirimu sendiri terdapat tanda-tanda itu
apakah engkau tidak memperhatikannya” (Adz Dzariyaat : 20-21).
Saudaraku, sejenak aku akan bercerita kepadamu sekilas
perjalanan hidupku, semoga engkau bisa mengambil pelajaran darinya.
Masa kecil
Dahulu aku adalah seorang anak kecil yang memiliki hobi menggambar, mendengarkan musik dan menyaksikan film kartun. Aku memang bukan anak gaul yang suka main bersama teman-teman yang lain pergi kesana dan kemari. Ketika menginjak usia SD, orangtuaku memasukkan aku di sekolah Muhammadiyah di sebuah dusun di dekat rumah kakekku. Menjelang usia SMP aku telah dididik oleh kakakku untuk membenci Amerika, yah tepatnya ketika itu terjadi perang teluk. Saat itu ketertarikanku kepada dunia politik mulai tumbuh, berita-berita radio BBC pun ikut terserap di telingaku. Memang ayahku adalah seorang anggota TNI Angkatan Udara, namun ayahku adalah orang yang kritis kepada perilaku pejabat pemerintahan. Secara tidak langsung hal itupun mendorongku untuk bersikap kritis pula terhadap pemerintahan. Walaupun begitu, bukan berarti dunia militer tidak menarik bagiku. Di usia SMP itu aku berkeinginan untuk menjadi tentara yang berjuang membela tanah air. Sehingga akupun turut serta mendaftarkan diri dalam seleksi calon siswa SMA Taruna. Dengan taqdir Alloh, alhamdulillah aku tidak diterima di sana. Setelah itu harapan untuk menjadi tentara menjadi sirna.
Allah Ta’ala berfirman, “Bisa jadi kamu membenci
sesuatu padahal itu baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal
sebenarnya itu buruk bagimu, Allahlah yang maha tahu sedangkan kalian tidak
mengetahui” (Al Baqoroh : 216)
Masa remaja
Lulus SMP aku menuruti saran ayahku untuk memilih sebuah sekolah unggulan di kota kami, dan alhamdulillah aku lolos seleksi dan bisa diterima di situ mengikuti jejak kakakku. Ternyata di sana pun aku termasuk siswa yang dipilih untuk masuk dalam tim peleton inti yang hobinya baris-berbaris, maklumlah SMA kami adalah sekolah yang sudah berulang kali menggaet juara baris-berbaris.
Sampai di sini aku masih menyenangi isu-isu politik apalagi
yang berbau Islam, sehingga ketertarikanku untuk ikut berdakwahpun muncul
melalui pekerjaan yang aku sukai yaitu membuat dekorasi. Nah, di lingkungan
rohis (kerohanian Islam) SMA inilah aku mulai berkenalan dengan teman-temanku
yang begitu bersemangat mengaji, mereka sangat aktif mengikuti kajian salaf
yang diadakan di sebuah masjid di dekat SMA kami. Aku salut dengan komitmen
mereka yang tinggi untuk menegakkan sunnah Nabi, dengan memelihara jenggot
walaupun cuma beberapa helai, dengan mengenakan celana panjang yang tidak melampaui
mata kaki walaupun masih dilipat, dan dengan semangat berapi-api menghalangi
terjadinya pacaran dan kholwatdi lingkungan sekolah kami.
Dan di situ pulalah aku mulai mengenal bahwa menggambar
makhluk bernyawa itu dilarang, musik itu haram dan demokrasi itu buruk. Dengan
taqdir Alloh, di kelas 2 SMA, aku mendapat bagian sebagai salah seorang
pengurus harian OSIS di sekolah kami. Walaupun jika dilihat dari latar
belakangnya sebenarnya pengalaman organisasiku tidak banyak.
Problematika dakwah di SMA
Menjelang akhir kepengurusan aku mulai menghadapi masalah yang cukup pelik, yaitu timbulnya perselisihan antara teman-teman kami dari kubu Rohis yang anti musik dengan sebagian aktifis OSIS yang pro musik. Hal itu semakin memuncak dengan adanya penyelenggaraan acara malam tutup buka tahun yang untuk menyambut siswa baru dan perpisahan kelas tiga yang sudah lulus, tentu saja acaranya sarat dengan musik, sehingga konflik ini pun terangkat ke forum guru bahkan kepala sekolah. Sementara aku berada di pihak yang serba salah, karena ketika itu aku adalah seorang sekretaris bidang I (Ketuhanan Yang Maha Esa) yang membawahi Rohis sekaligus sebagai salah seorang Steering Committee dari acara malam tutup buka tahun itu, konflik pun memanas, terjadilah aksi pembakaran dan perobekan tiket, bahkan hampir terjadi bentrok fisik di antara sesama siswa muslim, bahkan sampai terjadi ketegangan antara kubu Rohis dengan guru.
Disitulah aku merasakan betapa susahnya mengatasi
permasalahan semacam ini. Bisakah anda bayangkan, musik yang sudah seolah-olah
mendarah daging di sebagian besar kaum muslimin di negeri ini terutama di
kalangan para pemuda harus berhadapan dengan fatwa haram yang disampaikan oleh
para remaja yang masih baru mengaji ini, apalagi sikap mereka sangat keras dalam
menolak acara semacam ini. Aku yang sangat miskin ilmu tentu bingung mencari
solusi permasalahan ini. Sampai-sampai teman-teman yang anti musik itu
seolah-olah menjadi musuh kami. Sehingga di ruang guru aku sempat sampaikan
usul kepada pembina OSIS agar mendatangkan Ustadz yang mengajari anak-anak yang
‘ekstrim’ itu. Tapi usulku seperti angin lalu, akupun tidak habis pikir,
bagaimana masalah ini selesai kalau akar permasalahannya tidak dipecahkan yaitu
apakah musik itu benar-benar haram. Itulah pertanyaan besar yang tersisa di
benakku, dan akhirnya dengan pertolongan Alloh membawaku bergabung dengan
sahabat-sahabatku sesama pembenci musik.
Hidupku berubah, aku yang dulunya suka menggambar, suka
musik dan menyenangi isu-isu demokrasi setelah masa-masa itu meninggalkan
gambar, musik dan demokrasi.
Allah Ta’ala berfirman, “Tidaklah pantas bagi orang
yang beriman baik laki-laki maupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah
memutuskan suatu perkara ada bagi mereka pilihan yang lainnya dalam urusan
mereka, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sunguh dia
telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” (Al Ahzab : 36)
Saudaraku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik”
Beliau juga bersabda, “Kelak akan benar-benar ada
beberapa kelompok manusia dari kalangan umatku yang berusaha menghalalkan
kemaluan (zina), sutera, khamr dan al ma’aazif (alat-alat musik)” (HR. Bukhori).
Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya termasuk orang yang paling pedih adzabnya di hari kiamat nanti adalah para perupa/tukang gambar” (HR. Bukhori).
Imam Ahmad mengatakan, “Barangsiapa yang menolak hadits
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam maka dia berada di tepi jurang kebinasaan”.
Saudaraku, Alloh Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang
memutuskan hukum tidak dengan hukum yang diturunkan Allah maka mereka itulah
orang-orang kafir” (Al Ma’idah : 44)
Tentu hadits-hadits dan ayat-ayat ini akan terasa sangat
berat diterima oleh orang yang sudah bertahun-tahun dididik untuk menyukai
musik, menggambar dan asyik dengan demokrasi. Tapi ketahuilah, kalau akidah
anda masih bersih niscaya firman Allah dan sabda Rasul-Nya itulah yang justeru
anda pilih dan anda pegang, bukan pendapat akal kebanyakan manusia.
Bukankah Allah Yang mahatahu telah berfirman, “Sungguh
jika engkau mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (Al An’aam : 116).
Oleh karena itu daripada sibuk ngobrol atau nge-game mengapa anda tidak memilih untuk menghadiri majelis-majelis ilmu syar’i yang membimbing anda menuju kebahagiaan yang sejati dan bukan sementara, kenikmatan abadi di surga nanti ?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).
Imam Ahmad mengatakan, “Manusia itu lebih membutuhkan ilmu
jauh lebih banyak daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum, karena makan
dan minum paling sekali atau dua kali saja dalam sehari, akan tetapi ilmu
selalu dibutuhkan sepanjang tarikan nafas”.
Ingatlah saudaraku, waktu adalah pahala, kalau waktumu bisa
kau habiskan berjam-jam untuk perkara dunia padahal dunia itu cuma sementara,
kemudian untuk akhirat engkau sangat bakhil (kikir), sehingga sholatmu pun
kilat laksana petir menyambar, mushaf Al Qur’an pun berdebu di atas rak jarang
dibuka apalagi dibaca dan dipahami maknanya, majelis ilmu pun kau sia-siakan,
sholat jama’ah pun kau tinggalkan, waktu pagi dan sore pun berlalu tanpa dzikir
di lisan.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka bersegeralah kembali
menuju ketaatan kepada Allah” (Adz Dzariyat : 50).
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
sudah dipersiapkannya untuk menghadapi hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui semua yang kamu kerjakan” (Al
Hasyr : 18).
Tahun terakhir di bangku SMA
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kau sampai mereka mau merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar Ra’d : 11).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah
suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah di antara rumah-rumah Allah
(masjid) mereka membaca kitabullah dan saling mempelajarinya di antara mereka
kecuali pasti akan turun kepada mereka ketenangan, mereka akan diliputi kasih
sayang, malaikat pun mengelilingi mereka dan Allah pun menyebut-nyebut mereka
di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim).
Setelah sekian lama aktif di baris berbaris, mendekorasi,
mengurusi OSIS maka di tahun terakhir bangku SMA, Allah membukakan hatiku untuk
menekuni kajian-kajian salaf yang ada di sekitar SMA kami, alhamdulillah sejak
itulah ketenteraman dan kesejukan majelis ilmu mulai mewarnai kehidupanku,
kesejukan yang belum pernah aku temukan sebelumnya, begitu indahnya
mendengarkan untaian firman Allah dan sabda Rasul-Nya disertai nasehat dan
bimbingan dari para ulama’, aku duduk di sebuah majelis dimana ustadz yang
mengajarnya adalah Ustadz yang membina teman-temanku yang kebablasan tadi,
akhirnya ustadz yang dulunya menjadi orang yang tidak aku senangi gara-gara
musik itu kini menjadi orang yang kucintai karena Alloh -semoga Allah menjaga
beliau- karena jasanya yang sangat besar membina dakwah salaf di sekolah kami
walaupun itu dilakukannya dari luar pagar sekolah.
Setelah kejadian itu pula sahabat-sahabat kami pun meyadari
kesalahan mereka yang terlalu keras dalam menyikapi persoalan musik ini,
sehingga memunculkan konflik yang berkepanjangan di sekolah kami. Inilah akibat
sikap yang tidak hikmah dalam mengingkari kemungkaran, dampak negatif yang
kembali menyerang dakwah itu sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Serulah (manusia) agar kembali
kepada jalan Rabbmu dengan penuh hikmah serta nasehat yang baik, dan (bila
perlu) berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik” (An Nahl : 125).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah
bersabda : “Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali
pasti menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali pasti
menghancurkannya” (HR. Muslim).
Berpetualang mencari kebenaran Disamping itu perlu aku sebutkan pula bahwa sebelumnya aku pernah pula tertarik mendengarkan pengajian padang bulan cak Nun dan acara kajian ala filsafat Damardjati, aku juga sempat menjadi pengagum Amien Rais yang menggerakkan reformasi dan bahkan bergabung dalam demonstrasi besar-besaran yang digalakkannya sehari sebelum lengsernya Pak Harto dari kursi Presiden.
Masih tersimpan dalam ingatanku, sebuah nyanyian sadis yang
selalu menghiasi mulut para demonstran di sekitarku ketika itu, “Gantung,
gantung Soeharto…” (semoga Allah mengampuni kesalahan beliau dan
menjaganya) Wallohul musta’an, bukankah ucapan itu modelnya kaum
takfiri (yang suka mengkafirkan orang karena dosa besar). Hari itu demo
besar-besaran terjadi dimana-mana, demokrasi yang menuhankan pendapat mayoritas
rakyat seolah-olah menjadi raja.
Allah berfirman, “Sungguh jika engkau mengikuti
kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu
dari jalan Allah” (Al An’aam : 116).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak
halal menumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga
alasan ; Seorang yang sudah beristeri berzina, seorang muslim yang membunuh
saudaranya, atau seorang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari
jama’ah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu aku juga pernah beberapakali merekam pengajian
Aa’ Gym yang disetel di radio karena sangat tertarik dengan metode
penyampaiannya yang menyentuh hati. Itu terjadi sebelum nama Aa’ Gym mencuat
besar-besaran di televisi dan media masa lainnya. Semoga Allah mengembalikannya
ke jalan yang lurus. Selain itu dunia sufi pernah mewarnai kehidupanku ketika
para pemuda dari kampung kami diajak untuk ikut dzikiran dan pengajian di
sebuah kampung santri Mlangi, yang di sekeliling mesjidnya full dengan kuburan
yang diziarahi oleh para pengunjung dari berbagai daerah yang jauh. Sesudah itu
pula aku pernah menggalakkan dzikir model sufi ini di masjid kampung kami
dengan alasan untuk menghidupkan aktivitas agama bagi pemuda di mesjid,
sehingga akhirnya akupun menyesal atas tindakanku yang hanya berdasar semangat
saja dan miskin ilmu syar’i ini.
Memang hati adalah bagian terpenting dari amal lahiriyah
kita, kalau hati baik maka seluruh amalan pun menjadi baik, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ketahuilah di dalam jasad ada
segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh anggota badan tapi jika dia
rusak maka rusak pulalalah seluruh anggota badan ketahuilah segumpal daging itu
adalah jantung” (HR. Muslim). Akan tetapi cara memanajemen hati agar baik
bukanlah hasil rekaan sendiri, sebab Nabi juga diutus untuk mengajari ummatnya
tentang bagaimana mensucikan hati.
Allah Ta’ala berfirman, “Sebagaimana Kami telah
mengutus kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian yang membacakan
kepada kalian ayat-ayat Kami, dan mensucikan (jiwa) kalian serta mengajarkan
kepada kalian Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah) dan mengajarkan segala sesuatu
yang dulu tidak kalian ketahui” (Al Baqoroh : 151).
Imam Ibnu Katsir mengatakan mengenai firman Allah, “Dan
mensucikan kalian” yaitu membersihkan kalian dari akhlaq yang rendah, jiwa
yang kotor dan perbuatan-perbuatan jahiliyah..” (Tafsir Ibnu Katsir jilid
1). Syaikh As Sa’di mengatakan dalam tafsirnya terhadap firman Allah “Dan
mensucikan kalian” yaitu membersihkan akhlak dan jiwa kalian dengan
membimbingnya dengan akhlak yang indah dan membersihkannya dari akhlak-akhlak
yang rendah, hal itu dilakukan dengan membersihkan mereka dari kotoran syirik
menuju tauhid, membersihkan diri dari riya’ menuju ikhlash, dari dusta menjadi
jujur, dari khianat menjadi amanat, dari sombong menjadi tawadhu’, dari akhlak
yang jelek menjadi berakhlak baik…” (Taisir Karim Ar Rahman).
Kita tidak boleh mensucikan jiwa dengan cara-cara bid’ah
yang dibenci oleh agama. Rasul bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan
suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari kami maka tertolak” (HR. Muslim).
Tidakkah kita ingat kisah Abdullah bin Mas’ud
rodhiallahu’anhu yang menjumpai sekumpulan orang yang berdzikir dengan
berjama’ah, salah seorang memimpin dan yang lainnya mengikutinya, karena mereka
mengerjakan sesuatu yang baru dalam agama maka Abdullah bin Mas’ud pun menegur
mereka dengan keras. Tapi mereka mengelak dengan alasan “Wahai Abu Abdirrahman,
tidaklah kami bermaksud kecuali kebaikan” Maka Ibnu Mas’ud pun menjawab, “Betapa
banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak mendapatkannya”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja manusia
paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini melarang kuburannya dijadikan
sebagai tempat perayaan yang dikunjungi atau sebagai tempat beribadah, apalagi
kuburan orang selain beliau !.
Nabi berdo’a, “Ya Allah, janganlah jadikan kuburku
sebagai berhala yang disembah, sungguh besar murka Allah kepada kaum yang
menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat beribadah” (HR. Malik dan
lain-lain).
Pemikiran Hizbut Tahrir juga sempat menarik perhatianku,
sehingga aku sempat membaca sebuah buku karya Abdul Qodim Zallum yang berjudul Demokrasi
Sistem Kufur yang dipinjamkan seorang teman kepadaku ketika mengikuti
acara pembekalan menjelang UMPTN di sebuah Masjid terkenal di Kotabaru, memang
semangat mendirikan khilafah adalah sesuatu yang paling menarik bagiku dari
gerakan ini, namun itu tidak mengendap lama karena keyakinanku tentang
kebenaran manhaj ahlus sunnah sudah mulai kuat. Bagaimana mungkin negara Islam
tegak jika kaum muslimin saja masih berpecah belah cara hidupnya, bahkan jauh
dari nilai-nilai agama.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri” (Ar Ra’d : 11). Di dalam ayat ini Allah tidak mengatakan ..sampai
mereka merubah apa yang ada pada diri para pemimpin pemerintahan mereka.. tentu
saja Allah lebih tahu dan lebih bijaksana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika
kalian berjualbeli dengan cara ‘inah (salah satu jenis riba), dan kalian pegang
ekor-ekor sapi, kalian senang dengan tanaman-tanaman kalian, lantas kalian pun
meninggalkan jihad, maka Allah pasti akan menimpakan kehinaan kepada kalian,
Allah tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama
kalian” (HR. Abu Dawud, Silsilah Ash Shohihah karya Syaikh Al Albani hadits no
11).
Bersentuhan dengan lingkungan kampus
Begitulah hari demi hari kulalui dengan pencarian terhadap nilai-nilai kebenaran yang hakiki, sampai UMPTN pun berlalu dan aku sudah duduk di bangku kuliah.
Di lingkungan baru ini aku berusaha mencari tempat-tempat
kajian yang bisa aku ikuti, pengajian yang diadakan orang-orang Ikhwanul
Muslimin (IM) pun pernah aku datangi, tapi sayang ilmu syar’i sangat minim
kudapatkan di sana, karena yang ada adalah semangat pergerakan yang sarat
dengan muatan politis dan kekuasaan. Tidak berhenti di situ, Risalah Pergerakan
Hasan Al Banna pun sempat aku baca dan aku kaji, walaupun sedikit banyak aku
sudah tahu penyimpangan yang ada pada beliau. Demikian pula buku Yusuf Al
Qaradhawi yang ada di perpustakaan fakultas kami aku baca dan aku bandingkan
dengan kritikan ulama Ahlu Sunnah yang diarahkan kepada beliau, dan memang
ternyata Syaikh Yusuf Al Qaradhawi memiliki pendapat-pendapat yang amat
menyimpang dalam bukunya Ash Shohwah Al Islamiyah bainal ikhtilaf al
masyru’ wa tafarruq al madzmum (yang diterjemahkan oleh Robbani Press
dengan prinsip-prinsip Gerakan Islam) terutama yang berkaitan dengan masalah
hadits perpecahan ummat. Suatu saat seorang aktifis IM ketika berdialog dengan
seorang ikhwan pernah ditanyakan mengenai pembelaannya terhadap Yusuf
Qaradhawi, apakah dia pernah membaca bukunya Yusuf Qaradhawi yang itu, maka dia
menjawab belum pernah ??. Allohu akbar (dalam hati saya saya bertanya-tanya
lalu darimana dia bisa membela pemikiran Yusuf Al Qaradhawi sementara bukunya
saja belum pernah baca). Memang perdebatan dengan orang-orang yang
keras kepala adalah perbuatan membuang-buang energi.
Saudaraku, ketahuilah jalan kebenaran cuma satu, Allah
Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka
ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena itu
akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya, itulah yang diwasiatkan Allah
kepada kalian agar kalian bertakwa” (Al An’aam : 153)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya
agama ini akan berpecah menjadi 73 golongan, 72 di neraka dan satu di surga
yaitu al jama’ah” (HR. Abu Dawud), dalam riwayat lain beliau ditanya
siapakah yang selamat itu ? maka beliau menjawab, “yaitu yang beragama
sebagaimana aku dan para sahabatku pada hari ini”. Inilah manhaj salaf (cara
beragamanya kaum salaf), manhajnya para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
serta para imam yang empat.
Imam Malik mengatakan, “Tidak ada yang mampu memperbaiki
keadaan generasi akhir dari umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah
memperbaiki generasi awalnya”
Dakwah salafiyah versus dakwah hizbiyyah
Sekarang alhamdulillah, perkembangan dakwah salaf di lingkungan kampus kami cukup bagus walaupun bila dilihat dari kuantitas mungkin masih relatif kecil. Dakwah Ikhwanul Muslimin pun (yang sekarang lebih ngetrend dengan nama Tarbiyah) sebenarnya sudah tidak diminati kecuali oleh orang-orang yang hobinya berpolitik dan demonstrasi, serta kalangan akhwat yang terlalu mengedepankan perasaan. Orang yang bijak pasti bisa menilai bahwa dakwah salafiyah merupakan dakwah terbaik, dan satu-satunya jalan keselamatan dari perpecahan di dunia dan kebinasaan di akhirat. Kami tidak perlu repot-repot membawakan bukti karena masih ada saksi hidup tokoh-tokoh mantan aktifis yang pernah berkecimpung dalam pergerakan yang kini sudah insaf dan menemukan jalan kembali, yaitu manhaj salaf yang mulia ini.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang menentang
Rasul setelah petunjuk jelas baginya, dan dia mengikuti selain jalannya
orang-orang yang beriman Kami akan biarkan dia leluasa dalam kessatannya dan
Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, sesungguhnya Jahannam itu adalah
seburuk-buruk tempat kembali” (An Nisaa’ : 115).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya, Allah telah memepersiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar” (At Taubah : 100).
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diantara kalian yang
masih hidup sesudahku niscaya di akan melihat perselisihan yang banyak, maka
berpegang teguhlah dengan sunnah(jalan hidup)ku dan sunnah khulafa’ur rasyidin
yang bertpetunjuk gigitlah sunnah itu dengn gigi geraham, serta jauhilah
perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan adalah
bid’ah dansetiap bid’ah itu sesat” (HR. Abu Dawud dan lain-lain).
Biarlah mereka yang tidak percaya dengan kenyataan ini
merasakan betapa susahnya menempuh kejayaan yang mereka cita-citakan dengan
terjun di parlemen, dengan gerakan rahasia menghasut massa, memompa semangat
para pemuda untuk menggulingkan penguasa dengan cara mereka atau menyibukkan
mereka dengan dzikir-dzikir bid’ah dan pemikiran-pemikiran liberal, atau yang
menyibukkan para pemuda yang tidak becus berpakaian dengan politik
internasional, karena cepat atau lambat mereka akan merasakan pahitnya buah
kesesatannya sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Ar Razi setelah
menyadari kekeliruannya yang sekian lama bergelut dengan ilmu kalam, “Barangsiapa
menempuh cara sebagaimana apa yang pernah aku tempuh niscaya merasakan apa yang
sudah aku rasakan”.
Namun kami akan mengingatkan disini, bahwa kematian pasti
datang dan anda tidak tahu kapan malaikat maut datang, seandainya
Allah masih memberikan umur bagi anda untuk bertaubat dari manhaj yang
menyimpang maka bersyukurlah, tapi jika ternyata malaikat maut menjemput
sementara anda belum bisa menikmati indahnya manhaj salaf, maka janganlah
mencela kecuali diri anda sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Demi masa, sesungguhnya
seluruh manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yangberiman, beramal
shalih, saling mewasiatkan dalam kebenaran dan saling mewasiatkan dalam
kesabaran” (Al ‘Ashr : 1-3).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang
terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho
kepada-Nya, Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah
kemenangan yang besar” (At Taubah : 100).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Barangsiapa yang
dibebaskan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka sungguh dia telah menang,
dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali hanya sekedar kesenangan yang menipu”
(Ali Imran : 185).
Tautan Artikel:
Berikut ini daftar artikel yang memiliki tautan dengan
artikel di atas:
9 Komentar1. Kardiman
June 29, 2005 1:56 pm
Sangat menyentuh tulisan tersebut,
bukti bahwa mencari kebenaran itu tidak mudah. Namun begitu apakah sekarang
yang dijalankan dengan berpegang teguh dengan Salafus Sholeh sudah benar ??
Saran saya… seriuslah belajar dan tolong renungkan analogi berikut “jika ingin menguasai matematika pelajarilah rumus rumusnya dan jangan mempelajari ilmu ilmu karangan orang yang membahas matematika” Sekali lagi tolong renungkan dan niscaya kebenaran yang sesungguhnya akan ketemu. 2. ukha
August 22,
2005 4:24 pm
Saya mau tanya sama Pak
Kardiman, apa maksud dari ungkapan Bapak ?
“jika ingin menguasai matematika pelajarilah rumus rumusnya dan jangan mempelajari ilmu ilmu karangan orang yang membahas matematika” 3. Abu abdillah
August 25,
2005 11:44 am
Jika tidak mengikuti jejak
salafus shalih dalam memahami agama ini lantas mengikuti jejak siapa lagi pak?
Apa ada manusia dikolong langit ini yang lebih baik dari mereka kecuali para
nabi? Bagaimana pak kardiman? Bapak sendiri memahami islam dengan pemahaman
siapa???
4. Kardiman
August 29,
2005 12:16 pm
Untuk Ukha,
Jika ingin mengerti Q & H pelajarilah artinya, magnanya, maksudnya serta dipraktekan dalam kehidupan sehari hari dengan bersandarkan sanad yang sahih dan jangan berdasarkan buku buku karangan orang yang sekarang ini banyak bertebaran.
Untuk Abu abdillah,
Seharusnya anda lebih spesifik dengan menyebutkan salaful sholeh (SS) yang mana, karena jaman sekarang banyak mengaku SS tapi prakteknya saling ejek dan menghina merasa dirinya paling benar. Kenapa saya tulis berpegang SS meragukan seperti komentar saya yang pertama ? karena SS sendiri pecah dan tidak satu suara, ada Salafy murni (Ngakunya) ada Salafy sururi, Al showa At Thurots dll.Mereka berbeda pandangan dan cenderung saling menjatuhkan dengan bahasa dan kalimat yang kasar (baca di www.salafy.or.id ). Jika anda tanya saya memahami islam dengan pemahaman Siapa? pemahaman saya sesuai contoh nabi yang kisahnya (prakteknya)diriwayatkan ada di Hadis. 5. abu fatih an-nafis
August 30,
2005 6:35 pm
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Untuk akh Ibnu Abdi. Sejauh manakah antum melihat ini sebagai sebuah kebenaran? Bagaimana mungkin sebuah kebenaran itu, antum beberkan, untuk maksud apa? Biar terlihat bahwa (memang yang benar) itu hanya antum. Bukankah semua muslim itu bersaudara? Lalu anda anggap orang yang berada di luar kajian yang antum ikuti itu bukan termasuk golongan yang benar,. Apapun golongan itu? Yang tadi anda sebutkan IM, Tarbiyah, dan lain-lain? Dan sejauh manakah anda menilai bahwa golongan-golongan itu miskin ilmu syar’i, darimana dasarnya? Astaghfirulloh Allahu A’lam Ya Allah berikan rahmat-Mu pada kami semua dan saudara-saudara-Ku. Jazakallohu Khairan Wassalam 6. Abu abdillah
August 30,
2005 9:03 pm
Benarlah dugaan saya kalau antum
ternyata masih bingung. perkataan antum ini sama dengan murabbi saya ketika
masih di Ikhwanul muslimin 13 tahun yang lalu.
Kalau antum tahu pokok permasalahan dikalangan salafiyyin niscaya antum tidak akan berkata seperti itu. Tampaknya antum juga harus lebih serius juga memahami makna salafiyyin dan belajar tentang akidah dan manhaj salaf. “perkataan antum salafush shalih yang mana?”-ini keanehan, karena salafush shaleh cuma satu saja. Akh, pengakuan atau mengaku2 salafy diluar topik yang saya maksudkan. Pernyataan antum di atas:ada salafy sururi al sofwa dll, saya yakin sekali tidak akan keluar dari lisan orang yang paham perselisihan dikalangan para du’at salafiyyin. Kemudian apa yang antum katakan di atas juga sama dengan seluruh firqah islam, mereka juga menyatakan memahami berdasarkan qur’an dan hadits…hanya saja seperti kata syaikh al-albany: harus atas pemahaman salafush shalih sebagai generasi pertama ummat ini. semoga Allah memberi kita semua taufik dan hidayah untuk tetap di atas aqidah dan manhaj salaf dalam beragama. 7. endri
August 31,
2005 11:19 am
akh abu fatih an-nafis,
ketahuilah bahwa jalan kebenaran itu hanya satu yaitu mengikuti Rasulullah dan
para sahabatnya. Mengenai miskin ato nggaknya masalah ilmu syar’i kita bisa
bercermin pada diri kita sendiri, dan saya kira penulis berusaha mengungkapkan
dan menceritakan kisah beliau, dan beliau menulis dengan apa adanya… tidak syak
lagi bahwa banyak penyimpangan terhadap sunnah Rasul pada IM dan firqoh2 yang
ada, dan hal itu tidak bisa kita ingkari… semoga kita semua mendapatkan
hidayatuttaufiq dari Allah ta’ala…
8. Sipil 2002
September 1,
2005 10:27 am
Untuk abu fatih, memang, semua
muslim bersaudara. Dan keimanan kita juga tidak sempurna jika tidak mencintai
saudara sesama muslim sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Karena rasa
cinta para ulamalah, maka mereka memperingati kasalahan2 yang ada pada firqoh2
yang menyimpang. Karena jika tidak ada yang memperingati kesalahan Hasan Al
Bana, Sayid Quthb, Jama’ah Tabligh dll maka dosa yang mereka bawa karena telah
menyebarkan firqoh sesat akan terus terbawa hingga wafat mereka.
Kami mencintai kaum muslimin dimanapaun berada, namun kami membenci kesalahan2 yang ada pada mereka. 9. Abu abdillah
September 2,
2005 9:30 am
Saya setuju dengan akh endri di
atas dan juga sipil 2002. Justru karena kita mencintai saudara sesama muslim
kita memberi nasihat bahwa ini salah yang benar seharusnya begini dan
seterusnya tapi sekali lagi tentu saja semua nasihat juga harus dilandasi
dengan ilmu. Cuma kadang-kadang nasihat seperti ini diklaim oleh firqah-firqah
tadi (IM,HT, Tabligh atau yang lainnya) bahwa salafiyyun itu merasa diri paling
benar. wallahi, padahal tidak demikian. Tentang Aqidah dan manhaj salaf itu
paling benar dan satu-satunya kebenaran itu memang harus diyakini tetapi
person-person yang menisbahkan diri kepada kaum salaf ini belum tentu paling
benar, karena kita tidak ma’sum. Dan kesalahan personal ini tidak lantas
meruntuhkan dakwah salaf yang agung ini. Sama seperti seorang muslim yang
berzina tentu tidak kita salahkan islamnya kan? tapi personnya yang salah.
Terus terang pengalaman saya sama persis dengan akh ibnu abdi dan saya jumpai
dilapangan selama bertahun-tahun bahwa saudara-saudara kita yang masuk kedalam
firqah-firqah tersebut memang banyak yang jauh dari ilmu, saya kira hal ini
memang tidak bisa disembunyikan.
Memang banyak penyimpangan-penyimpangan terjadi dalam firqah-firqah yang ada sekarang ini, sebagian nya sudah saya saksikan sendiri dalam diskusi baik terbuka maupun tertutup, bagaimana mereka terpojok tidak bisa lagi membela kesalahan yang mereka lakukan (para ustad firqah-firqah tadi)dengan dalil apapun, namun entah mengapa mereka tidak mau rujuk dan tetap pada pendirian mereka padahal telah datang hujjah yang jelas atas mereka. Sebenarnya metoda pemikiran dari firqah-firqah ini hanya menjiplak baik sebagian maupun keseluruhan dari firqah-firqah yang ada sejak dulu seperti sufi, khawarij, mu’tazilah, qadariyah, dan lainnya, jadi tidak sulit untuk menunjukkan kesalahan mereka. Dan saudara kita ini memberikan hidayatul bayan wal irsyad kepada kita semua supaya bisa mengambil ibrah dari pengalaman beliau. Hidayatut taufiq, kita masing-masing`berdoa agar Allah limpahkan kepada seluruh kaum muslimin. |