30 Mei 2015

Panitia RIC (Ramdhan In Campus)

Kepanitiaan RIC (Ramadhan In Campus)

  • Ketua Panitia  : Umas Hartono
  • Sekretaris        : M. Andri Kurniawan
  • Bendahara       : Warni
Devisi Acara
       1.      Mahyan Ariyandi (Co)    
       2.      Hasrullah
       3.      Aisyah Fridannisa (Co)
       4.      Mulya Utami
Devisi Perlengkapan
       1.    Agung Kurniawan (Co)
       2.      Sadaruddin
       3.      Siti Nurkholida (Co)
       4.      Azizatul Wastiah
Devisi Humas
       1.      Syariful Alan (Co)
       2.      Muh. Ansori
       3.      Nadawiatul H. (Co)
       4.      Hafsi Yuliana
Devisi Konsumsi
       1.      Suci Suharti (Co)
       2.      Nifo Winona Al Gasyiya
       3.      Jaenab
 

12 Mei 2015

PKP 2015

PKP (Pelatihan Kerja Pengurus) FMI Ar-Ruhul Jadiid


Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam atas karunia dan nikmat-Nya sehingga acara pelatihan kerja pengurus bisa terlaksanakan meskipun jauh dari kata sempurna. Dan semoga kedepannya lebih baik dari yang sekarang. Tak lupa atas iman dan ukhuwah kita, kita masih diteguhkan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas dakwah (FMI Ar-ruhul jadiid) dan semoga kita tetap komitmen dalam dakwah ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan sahabiah serta orang-orang yang istiqomah dijalan beliau, semoga kita termasuk didalamnya.

” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu dan barang siapa yang mentaati Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (Qs.Al-Ahzab:70-71).

 
Kegiatan pelatihan kerja pengurus (PKP) merupakan salah satu program kerja dari departemen kaderisasi FMI Ar-ruhul jadiid Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram. Kegitan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pengurus baru maupun lama akan kerja-kerja dakwah pada tiap-tiap departemen yang ada sehingga kerja-kerja pengurus kedepannya terarah dan selaras dengan tujuan dakwah. Selain itu, dengan adanya kegiatan ini bisa menumbuhkan ukhuwah dan rasa tanggung jawab terhadap amanah yang sama-sama diemban.
Acara ini berlangsung selama dua hari, hari Sabtu dan Ahad, 9-10 mei 2015 dengan tema ”Melalui PKP Membetuk Kader yang Proaktif dan Berkomitmen (menjadikan kader yang tidak sekedar aktif melainkan ada wujud nyata dari keaktifannya dan berkomitmen terhadap dakwah). Pada hari pertama kegiatan ini bertempat di ruang 4.2 gedung Fatepa dan acara ini dibuka langsung oleh ketua BEM Fatepa (Medi Sopian Asmana). Dalam sambutannya ketua BEM berharap agar kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dan sebagai bekal kader-kader FMI untuk berdakwah. Adapun materi dihari pertama adalah Ahamiyatut Tarbiyah yang disampaikan oleh Ust. H. Fitrah Saputra ; Qiadah Waljundiyah yang disampaikan oleh Ust. M. Roby Satriawan (mantan ketua KAMMI PK-IAIN Mataram) dan Quwwatul Amanah yang disampaikan oleh Ust. Johan.
Pada hari kedua, kegiatan ini dilaksanakan di pantai Mapak dengan materi Manajemen Waktu dan Konflik yang disampaikan oleh Akhuna Suparman (MAWAPRES di FAK. TEKNIK). Selain itu juga untuk membangkitkan kembali semangat dan mempererat ukhuwah diadakan outbond seru dari yang ikhwan maupun yang akhwat. #
Semoga dengan adanya kegitan ini pengurus dan kader FMI paham terhadap kerja-kerja dakwah dan mau memberikan kontribusinya sehingga FMI kedepannya jaya.

18 April 2015

Nasihat Mulia Rasulullah SAW Kepada Putrinya

Suatu hari Rasulullah SAW menemui putrinya yang bernama Fatimah Az-Zahra yang sedang menggiling syair (sejenis tumbuhan padi) dengan menggunakan penggilingan yang terbuat dari batu sambil menangis.
Melihat putrinya menangis, Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Fatimah? Semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis.”
Fatimah berkata, “Wahai Ayah, penggilingan dan urusan-urasan rumah tangga yang menyebabkan aku menangis, kiranya ayah sudi untuk meminta Ali (suami Fatimah) untuk mencarikan seorang jariyah (pembantu) untuk membatuku menggiling dan mengurus pekerjaan-pekerjaanku di rumah?”
Kemudian Rasulullah SAW bangkit dan mendekati penggilingan itu seraya berucap, ”Bismillahir rahmaanir rahiim.” Dengan izin Allah Swt, penggilingan itu berputar tanpa ada yang menggerakkan seraya mengucapkan tasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butiran-butiran syair itu.
Setelah itu, Rasulullah SAW mendekat seraya berkata kepada penggilingan, “Berhentilah berputar dengan izin Allah SWT. Kemudian penggilingan tersebut berhenti berputar seraya berkata, “Wahai Rasulullah Saw, seandainya engkau perintahkan untuk menggiling syair dari masyriq hingga maghrib niscaya hamba akan menggilingnya sampai habis semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar firman Allah Swt yang berbunyi dalam QS. At-Tahrim [66]: 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Qs. At-Tahrim (66) : 6)
Setelah melantukan ayat tersebut, penggilingan itu berkata, “Wahai Rasulullah SAW hamba sangat takut menjadi batu yang menjadi bahan bakar api neraka kelak.”
Rasulullah SAW berkata kepada penggilingan tersebut, “Bergembiralah, karena engkau salah satu batu mahligai Fatimah Az-Zahra yang ada di dalam surga”. Setelah mendengar kabar tersebut, penggilingan tersebut diam seperti sedia kala.
Kemudian Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada putrinya,
  1. Wahai Fatimah, seorang perempuan manapun yang menggilingkan tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah SWT akan menuliskan suatu kebaikan dan menaikkan derajatnya dari setiap biji gandum yang digilingnya.
  2. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang menggilingkan gandum hingga ia berkeringat, maka Allah SWT akan menjauhkan dirinya dari neraka tujuh buah parit.
  3. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang meminyaki rambut anaknya kemudian menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian, niscaya Allah SWT akan mencatatkan pahala baginya seperti orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang telanjang.
  4. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang yang menghalangi hajat tetangganya, maka Allah SWT akan menghalangi meminum air telaga Kautsar pada hari kiamat.
  5. Wahai Fatimah, ketahuilah yang paling utama adalah bahwa ridla suami adalah ridla Allah SWT dan kemarahan suami merupakan kemarahan Allah SWT.
  6. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang sedang hamil akan dicatatkan kebaikan-kebaikan dan dihapuskan kejahatan darinya serta para malaikat akan beristigfar untuknya.
  7. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang hendak melahirkan anaknya, Allah SWT akan mencatatnya sebagai pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
  8. Wahai Fatimah, seorang perempuan telah melahirkan anaknya, maka dia terbebas dari dosa-dosa seperti keadaan pada hari dilahirkan oleh ibunya. Dan jika meninggal ia tidak menanggung dosa sedikit pun hingga kuburnya menjadi taman surga bagi dirinya.
  9. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang melayani suaminya sehari semalam dengan baik, lemah lembut dan ikhlas maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya dan kelak akan mengenakan pakaian berwarna hijau di surga dan memberikan kebaikan setiap helai bulu dan rambut yang ada di tubuhnya.
  10. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang tersenyum manis dan lembut dihadapan suaminya akan dipandang Allah SWT dengan pandangan penuh rahmat.
  11. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang menyiapkan tempat istirahat bagi suaminya dan menata rumah dengan baik hati dan sabar, maka malaikat akan menyeru, ”Teruslah beramal, Allah Swt. akan mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan akan datang.”
  12. Wahai Fatimah, seorang perempuan yang meminyaki rambut dan janggut suaminya, memotong kumisnya, serta mengguntingkan kukunya, maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai surga dan Allah SWT memudahkan saat sakaratul mautnya kemudian menjumpai kuburnya bagaikan taman-taman surga. Selain itu, Allah SWT akan menyelamatkan dirinya dari api neraka dan selamatlah ia dari titian shirat.
Sungguh Rasulullah SAW teladan mulia, bertutur kata lembut, berjiwa ksatria. Ia selalu memberi nasihat bermanfaat, memberi semangat pada putrinya yang telah penat, mencontohkan keistimewaan wanita yang bertaqwa. 

by : bersamadakwah.net

16 April 2015

Dauroh Mentor 2015



Dauroh Mentor FMI Ar-Ruhul Jadiid

Dauroh Mentor merupakan salah satu program kerja departemen Mentoring FMI Ar-Ruhul Jadiid. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pembekalan kepada para calon mentor yang akan mengisi mentoring Agama Islam di FATEPA 2015.
 Acara tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Maret 2015 (7 Jumadil Akhir 1436 H) di ruang sekretariat ORMAWA FATEPA Lt.4.
Acara ini diisi oleh Ust. Malik dengan materi pertama "Urgensi Tarbiyah", kemudian materi kedua diisi oleh Ust. Raden Setiawan dengan materi "Ma'rifatullah, Ma'rifatulrosul, Ma'rifatul dinul islam", dan materi ketiga diisi oleh Ketua DPO LDK BHi UNRAM (L. Fauzan Jaelani S.TP) dengan materi "Birrul Walidain"
"Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat membakar semangat para mentor yang akan mengisi mentoring di FATEPA nantinya", tukas Co. Akhwat Departemen Mentoring FMI Ar-Ruhul Jadiid lepas kegiatan berlangsung. #

"dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung" (Qs. Ali-Imran :104)


8 April 2015

Jangan Pernah Bosan Membaca Al-Qur’an

Seorang muslim tua, Amerika bertahan hidup di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yang masih muda. Setiap pagi kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.
Suatu hari sang cucu bertanya, “Kakek. Aku mencoba untuk membaca Qur’an seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Quran?” Dengan tenang sang kakek meletakkan batu bara didasar keranjang, memutar sambil melobangi keranjangnya ia menjawab, “bawa keranjang batu bara ini ke sungai dan bawa kemari lagi, penuhi dengan air.” Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba didepan rumahnya. Ia mencoba melakukannya lagi, tetapi tetap, lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba didepan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai penggantinya.
Sang kakek berkata, “aku tidak mau ember itu, aku hanya mau keranjang batu bara itu.. Ayooolaah,, usaha kamu belum cukup.” Maka sang kakek pergi kedepan pintu mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa usahanya itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya. Biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air itu tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.
Sekali lagi sang cucu mengambil air kedalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata ,”Lihat Kek, percuma!” “Jadi kamu piker percuma?”, Jawab kakek.
Kakek berkata, “Lihatlah keranjangnya” Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua, kotor dan kini bersih, luar dalam. “Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an. Kamu tidak bias memahami atau mengingat segalanya, tetapi kamu membacanya lagi, kamu akan berubah luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.”, Nasehat sang kakek.
Sahabat,
Membaca Al-Quran memang sebaikya dengan disertai pengetahuan akan arti dan maknanya serta melaksanakan isi kandungannya. Namun, bagi yang belum bisa mengartikan ayat-ayat Al-Quran bukan berarti bacaan kita sia-sia atau percuma. Logika selalu linear, namun dalam Islam pahala tidak linear. Setiap huruf dari ayat-ayat yang kita baca adalah pahala. Membaca Al-Quran adalah sarana untuk membersihkan jiwa. Jiwa yang bersih akan menggerakkan perilaku yang bersih. Al-Quran adalah wahyu Allah SWT, bukan kitab buatan manusia. Membacanya akan mengingatkan dan medekatkan kita kepada Sang Khalik.
“Allah memiliki keluarga dari manusia, “sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah mereka?” Rasulullah menjawab, “Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

7 April 2015

31 Maret 2015

Kiat-Kiat Agar Bisa Qana’ah

Adalah tepat jika ada yang berkata amalan hati atau kualitas batin yang terdapat pada diri seseorang sangatlah penting dalam meraih ridha Allah, meski hal ini bukan berarti mengabaikan amalan ibadah yang dilakukan secara fisik (lahiriah). Karena ibadah lahiriah yang baik bersumber dari hati yang baik pula, pantas jika Ibnul Qayyim mengatakan,
ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻘﻄﻊ ﻣﻨﺎﺯﻝ ﺍﻟﺴﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻘﻠﺒﻪ ﻭﻫﻤﺘﻪ ، ﻻ ﺑﺒﺪﻧﻪ ، ﻭﺍﻟﺘﻘﻮﻯ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ؛ ﺗﻘﻮﻯ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﻻ ﺗﻘﻮﻯ ﺍﻟﺠﻮﺍﺭﺡ
“Sesungguhnya hamba hanya mampu melalui berbagai tahapan menuju ridla Allah dengan hati dan tekad yang kuat, bukan dengan amalan lahiriah semata. Ketakwaan yang hakiki adalah ketakwaan yang bersumber dari dalam hati, bukan ketakwaan yang hanya berpaku pada amalan lahiriah” (Madaarij as-Saalikiin).

24 Maret 2015

ANWAR DAN SANG BURUNG KECIL oleh Harun Yahya

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS. al-Mulk, 67:19)
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS. an-Nahl, 16:79)

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan dia segera membuka jendela.
   “Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam sampai hujan reda.”
“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
   “Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,”  pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang sangat jauh.”

   Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami. Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata kami seperti manusia karena mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
   Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung seperti itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
   “Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia butuhkan.”
   Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”

Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat berenang.”
“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”


“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.”

Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Catetan terbaru

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Al-Qur'an

Media bacaan FMI Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri

Social Icons

Followers

Featured Posts