4 April 2014

Bunga Rampai Nasihat

Bunga Rampai Nasihat
K.H. Abdullah Gymnastiar

Mudah-mudahan Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita agar bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi. Yakinlah tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun yang tanpa makna, sangat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat pelajaran dari apa yang sedang kita jalani. Hidup ini adalah samudera hikmah tiada terputus. Seharusnya apapun yang kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu, wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri kita sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita adalah saat yang paling indah.
Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati sia-sia, seperti yang diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang nonton di bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop, apalagi misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film maksiat, na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut adalah hal yang sangat penting.
Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki, segala puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib sendiri).

       jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesah, panutan kita semua Rasulullah SAW.
Sahabat, percayalah sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut duniawi lainnya tak akan pernah berharga jikalau kita tidak memiliki harga diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri.
Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.
Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati. Seperti halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan Al Amin (seorang yang sangat terpercaya).
Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita menjadi seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang kita pikul.
Oleh karena itu, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apapun. Sekecil dan sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.

       jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.

       jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.

          jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah menepati janji.***

3 April 2014

BAROKAH SHLAT KHUSYUK

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna. (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )
Rosulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )
Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:
  1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
  2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
  3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.
  4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
  5. Selalu tenag dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
  6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rosulullah.
  7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.

Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.
Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.
Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.
Semoga dibulan ramadhan ini kita meningkatkan kualitas sholat kita.
by:jamal

1 April 2014

Ciri Generasi Pengubah: Cinta, Harmoni dan Kerja

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Al-Maidah : 54)

Sejarah selalu berulang. Dan dalam perulangan sejarah itu, terjadi cerita tentang keadaan umat manusia yang berulang kali menyimpang dari jalan yang benar, dan berulang kali datang kelompok yang menyeru mereka untuk kembali ke jalan yang lurus.

“Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya ter-dapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau mem-baca firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala , ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mence-raiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintah-kan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153) (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i)

Begitu apik Rasulullah melakukan pengajaran pada umatnya. Melalui sebuah grafik visual, sehingga para pembelajar yang kuat daya visualnya akan menangkap kuat kesan itu di otak.

Garis yang lurus itu dihuni oleh Nuh a.s., Hud a.s., Sholih a.s., Ibrahim a.s., Luth a.s., Syu’aib a.s., dan para nabi beserta para pengikutnya. Itu adalah kelompok reformis yang mencoba mengubah kondisi ruh masyarakat yang telah lusuh menjadi segar kembali.

Sedangkan orang-orang yang berada di garis yang ada di kanan dan kiri garis yang lurus itu adalah penyembah suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr; pelaku sodomi; pembunuh unta betina milik Allah; pedagang yang curang; dan kaum penyimpang lainnya.

Hati bisa menjadi lusuh. Umat bisa menjadi keruh. Karena itu perlu di-refresh. Disegarkan kembali.

Ketika datang seseorang mengeluh betapa hari-hari belakangan iya dilanda bad mood, Ibnu Mas’ud menasehati orang itu agar membaca Al-Qur’an, mendatangi majlis ilmu, dan atau berkhalwat kepada Allah di malam pekat. Pesannya pada orang itu, “Hati bisa lusuh. Mintalah kepada Allah hati yang baru.”

Oleh karena itu, ruh umat ini juga bisa menjadi lusuh manakala telah terjadi penyimpangan di tengah mereka. Dan Imam Hasan Al-Banna pun melakukan personifikasi pada ruh umat, saat berpesan pada barisan du’at yang ikhlas, “Kalian adalah ruh baru di tengah umat.” Sebuah ungkapan yang terkenal di kalangan du’at.

Ruh baru. Adalah kelompok istimewa yang menyeru hal-hal yang ma’ruf pada umatnya, dan mencegah terjadinya kemunkaran.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali-Imran: 104)

Ruh baru inilah yang Allah sebut dalam Al-Maidah ayat 54 di atas, akan didatangkan manakala umat manusia telah “membelakangi” agama yang lurus.

Dalam ayat tersebut Allah swt telah menjelaskan tentang ciri-ciri generasi yang mencoba mengubah kondisi masyarakat. Tiga kata yang merangkum ciri kelompok tersebut adalah: cinta, harmoni, dan kerja.

Cinta

Kaum yang bekerja dengan cinta itu digambarkan oleh Allah swt dengan kata-kata, “kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” Suatu kemestian agar cinta yang sakral tetap berada di muka bumi. Bila umat manusia membangkang, membelakangi agama yang lurus, dan menyepelekan kekuatan cinta kepada Allah swt, maka bisa dipastikan umat tersebut berada dalam ujung kepunahannya. Ini adalah janji Allah, bahwa Allah akan menggantikan mereka dengan kaum yang menjaga cinta.

Cinta kepada Allah tentu saja memiliki berbagai turunannya. Ia bisa berupa aktivitas mencintai Rasulullah karena Allah, mencintai orang tua karena Allah, mencintai jihad karena Allah, mencintai objek dakwah karena Allah. Cinta kepada Allah eksis dalam berbagai dimensi aktivitas manusia, yang diniatkan untuk mencari ridho Allah. Maka penuhlah gerakan generasi pengubah itu dengan cinta.

Imbal baliknya, Allah swt juga mencintai generasi pengubah. Bahkan respon Allah lebih cepat dari manusia. Dan cinta Allah swt meski tak mungkin diterjemahkan dalam kuantitas, namun bisa dipastikan lebih besar dari cinta manusia dengan segala keterbatasannya.

“Aku sesuai dengan sangkaan hamba-Ku, dan Aku bersamanya jika dia mengingati-Ku. Jika dia mengingati-Ku dalam dirinya, pasti Aku mengingatinya dalam diri-Ku. dan jika dia mengingati-Ku dalam suatu himpunan (majlis), pasti Aku mengingatinya dalam majlis yang lebih baik dari mereka. Dan jika dia mendekatiku sejengkal, pasti Aku mendekatinya sehasta, dan jika dia mendekati Aku sehasta, pasti Aku mendekatinya sedepa. Dan jika dia datang kepada-Ku berlari, pasti Aku datang kepadanya berlari-lari kecil.” (HR Bukhari)

Harmoni

Filosofi yang terkenal dari Cina adalah Yin Yang. Ringkasnya, Yin Yang menggambarkan dua karakter berlawanan, namun mampu membangun dan membentuk harmoni.

Gambaran karakter berlawanan namun membangun harmoni itulah yang ada pada watak generasi pengubah. Cirinya: “yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” Kelembutan dan watak keras terpadu pada sebuah pribadi, dan tersalur pada objek yang tepat.

Islam mengenal harmoni dari dua karakter berlawanan. Misalnya Islam menyuruh manusia mencari akhirat, namun melarang untuk melupakan dunia. Atau ada istilah bagi tentara Islam: “Rahib di malam hari, dan penunggang kuda yang hebat di siang hari.”

Dan begitulah yang diramu dalam karakter lembut dan tegas dari seorang generasi pengubah: sebuah harmoni penyikapan. Kelembutan ia praktekkan pada sesama mukmin yang hatinya terikat pada Allah swt, dan ketegasan ia lampiaskan pada manusia yang tidak mau tunduk pada aturan Allah swt.

Namun watak keras dan tegas itu bukan berarti menghapus kewajiban bersikap adil dan berlaku baik pada orang kafir.

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)

Pada tataran implementasi, semua itu fleksibel. Kata “a-‘izzatin” (berarti kemuliaan, kekuatan, atau wibawa; dalam ayat ini diterjemahkan dengan “bersikap keras kepada orang kafir”) ini mestinya terterapkan dalam semua dimensi. Umat Islam punya ‘izzah dalam ekonomi sehingga tak ditindas kaum kafir pendatang. Umat Islam punya ‘izzah dalam kekuatan kemiliteran sehingga tak ditindas negeri kafir tetangga. Umat Islam punya ‘izzah dalam pendidikan sehingga tak perlu menempuh perjalanan jauh ke negeri kafir yang begitu rusak moralnya hanya demi mendapatkan gelar pendidikan. Generasi pengubah harus siap mengisi berbagai dimensi kehidupan dengan ‘izzah umat Islam. Sehingga terpenuhilah karakter “a-‘izzatin ‘alal kafirin”, “memiliki ‘izzah atas kaum kafir.”

Kerja

Dan ciri yang terakhir adalah karakter pekerja. “Yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.”

Jihad membutuhkan kerja keras dan mental baja, karena jihad selalu dibayangi oleh celaan orang yang suka mencela. Perhatikanlah bagaimana orang-orang munafik Madinah mengolok-olok kaum muslimin sepulang dari perang Uhud. Celaan orang munafik ibarat garam yang ditabur di atas luka yang didapat dari medan jihad. Mereka dengan sombongnya menganggap orang muslim tak mengerti taktik berperang, dan berkata sekiranya orang munafik itu yang ada di medan perang, tentu umat muslim tak dilanda kekalahan. Celaan yang menyakitkan.

Tapi respon dari celaan itu adalah dengan tetap berjihad hingga datang suatu pembuktian. Jaraknya tak terlalu jauh dari celaan orang kafir itu hingga Rasulullah dengan jihadnya mampu menaklukkan Mekkah. Fokus bekerja, dan pembuktian itu datang atas kehendak Allah swt.

Begitulah karakter generasi pengubah. Mereka generasi pekerja yang mencoba menjadi anti-mainstream dengan mengajak umat kembali ke jalan yang lurus. Hal yang tidak popular di tengah umat yang telah membelakangi agamanya. Dan tentu saja menjadi anti mainstream identik dengan celaan. Karena itu bersiaplah, jangan takut dengan celaan orang yang suka mencela!

Ulama telah menerangkan bahwa jihad ada pada berbagai dimensi kehidupan umat Islam. Ada jihad dalam bentuk ekonomi, ada jihad dalam bentuk mencari ilmu. Dan tentu saja jihad yang utama adalah konfrontasi, termasuk menyiapkan kekuatan yang bisa menggentarkan musuh Allah.

Untuk mengubah masyarakat memerlukan jihad di berbagai aspek kehidupan. Saat masyarakat terbiasa dengan ekonomi riba, tak ada lain cara mengubahnya adalah dengan jihad. Saat masyarakat berpandangan sekuler karena kurikulum yang didapatnya begitu, maka jalan jihad adalah cara untuk mengubah kurikulum pendidikan. Dan begitu juga berlaku untuk dimensi kehidupan yang lain.

Jadi, pilihlah, apakah ingin menjadi kaum yang diganti, atau menjadi generasi pengganti? Syaratnya sudah jelas.



Catetan terbaru

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Al-Qur'an

Media bacaan FMI Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri

Social Icons

Followers

Featured Posts